Mekanisme
harga dikatakan mampu memecahkan semua permasalahan ekonomi. Namun
untuk masalah-masalah ekonomi penting tertentu, Mekanisme harga tidak
bisa memecahkan permasalahan dengan baik. Masalah-masalah Ekonomi lainya
di mana mekanisme harga tidak memecahkan masalah ekonomi dengan baik
yaitu :
a.Distribusi pendapatan.
Mekanisme harga tidak selalu bisa menjamin dipecahkannya masalah FOR WHOM secara “adil”.
b.Ketidaksempurnaan pasar
Apabila
terdapat perbedaan yang menyolok dalam hal kekuatan ekonomi antara
pihak-pihak yang bertransaksi di pasar, maka harga yang terbentuk tidak
mencerminkan prioritas masyarakat secara wajar, sehingga masalah WHAT
dan HOW tidak bisa dipecahkan dengan baik.
c.Barang-barang kolektif
Ada
barang-barang yang hanya bisa disediakan secara kolektif oleh
masyarakat (misalnya : keamanan, ketertiban hukum, beberapa macam
infrastruktur dan sebagainya). Harga pasar bagi barang-barang semacam
ini tidak ada, atau kalaupun ada tidak mencerminkan kebutuhan masyarakat
yang sebenarnya. Lagi, masalah WHAT untuk barang-barang ini tidak bisa
dipecahkan dengan baik oleh mekanisme harga.
d.Eksternalitas
Mekanisme
pasar tidak bisa memperhitungkan pengaruh-pengaruh tidak langsung dari
kegiatan ekonomi ( misalnya, pengaruh suatu pabrik terhadap lingkungan
).
e.Pengelolaan perekonomian secara makro
Dalam
perekonomian Makro Mekanisme pasar tidak bisa diandalkan untuk
menstabilkan gejolak naik turunnya kegiatan ekonomi nasional secara
total.
Pada
kelima bidang masalah ekonomi ini, mekanisme harga tidak bisa
diharapkan menyelesaikan permasalahan ekonomi secara otomatis dengan
baik, Di sini perlu tindakan-tindakan yang dirumuskan dan dijalankan
secara sadar oleh masyarakat (Negara). Tindakan-tindakan ini disebut
perencanaan dalam arti luas. Di luar bidang-bidang ini mekanisme masih
efektif.. Dalam kenyataan mekanisme harga dan perencanaan digunakan
bersama-sama, karena keduanya saling melengkapi. tentunya Dengan “porsi”
yang berbeda-beda bagi masing-masing negara dan bagi waktu yang
berbeda).
PERMINTAAN PASARdan PERILAKU KONSUMEN
Sector rumah tangga sebagai konsumen di pasar output. Akan berakibat :
1.Perilaku konsumen dalam memutuskan berapa jumlah masing-masing barang yang akan dibeli dalam berbagai situasi.
2.Konsumen-konsumen secara bersama-sama menimbulkan permintaan di pasar.
PENDEKATAN – PENDEKATAN DALAM PERILAKU KONSUMEN
Hukum
Permintaan, yang mengatakan bahwa “bilasesuatu barang naik maka ceteris
paribus jumlah yang diminta konsumen akan barang tersebut turun”. Dan
sebaliknya bila harga barang tersebut turun. Ceteris paribus berarti bahwa semua faktor-faktor lain yang mempengaruhi jumlah yang diminta dianggap tidak berubah.
Pendekatanyang dinyatakan oleh Hukum Permintaan :
- Pendekatan marginal utility,yang bertitik tolak pada anggapan bahwa kepuasan(atau utility) setiap konsumen bisa diukurdengan uang atau dengan satuan lain (utility yang ber-sifat “cardinal”) seperti kita mengukur volume air, panjang jalan atau berat dari sekarung beras.
- Pendekatan indifference curve, yang tidak memerlukan adanya anggapan bahwa kepuasan konsumen bisa diukur; anggapan yang diperlukan adalah bahwa tingkat kepuasan konsumen bisa dikatakan lebih tinggi atau lebih rendah tanpa me-ngatakan berapa lebih tinggi atau lebih rendah.
PENDEKATAN MARGINAL UTILITY
Perilaku konsumen bisa diterangkan dengan menggunakan pendekatan marginal utility sebagai berikut:
(a)Utility bisa diukur dengan uang, dan
(b)Hukum
Gossen (law of diminishing marginal utility) berlaku, yaitu bahwa
semakin banyak sesuatu barang dikonsumsikan, maka tambahan kepuasan
(marginal utility) yang diperoleh dari setiap satuan tambahan yang
dikonsumsikan akan menurun, dan
(c)Konsumen selalu berusaha mencapai kepuasan total yang maksimum.
0 komentar:
Posting Komentar